Menanam Adalah Melawan: Masyarakat Adat Sihaporas Kuasai Kembali Wilayah Adat
Selasa Pagi tepatnya pada tanggal 5 Maret , ratusaan masyarakat adat Sihaporas Bersenjatakan Cangkul serta Parang berkumpul menuju lokasi tanah adat. bukan bermaksud untuk berperang adapun masyarakat adat Sihaporas ingin kembali menguasai tanah adat mereka yang selama ini di kuasai oleh PT. Toba Pulp Lestari selama lebih kurang dua dekadae. Lokasi yang menjadi tujuan dari masyarakat adat Sihaporas merupakan sebuah bekas wilayah perkampungan dulunya. Lokasi tersebut memiliki ikatan historis dan religius dengan masyarakat adat Sihaporas. dikampung yang dinamakan Panantan inilah leluhur masyarakat adat Sihaporas Ompu Mamontang Laut Ambarita membangun perkampungan pertama di Sihaporas.
Disekitar lokasi tersebut terdapat sebuah Pohon Mabar yang sangat besar, Pohon tersebut seperti yang dikisahkan oleh para tetua kampung merupakan pohon yang ditanam langsung Ompu Mamontang Laut Ambarita sewaktu mendirikan perkampungan di Sihaporas. Pohon tersebut juga merupakan pohon kramat yang dimana sewaktu PT. Indorayon sampai PT. TPL ingin menebang pohon tersebut semua alat berat yang mencoba merusaknya rusak dan terjungkal bahkan pekerjaan yang mencoba menebangnya juga banyak yang sakit bahkan sampai meninggal.
Bapak Saur Ambarita yang merupakan tokoh adat di Sihaporas menuturkan, sebelum kedatangan PT. Indorayon atau PT. TPL ke Sihaporas dulunya daerah Panantan ini merupakan hutan alam yang dimana masyarakat adat Sihaporas banyak mengambil manfaat dari Hutan tersebut baik untuk keperluaan pembangunan rumah, keperluaan ekonomi, maupun untuk kebutuhan ritual adat.Namun Pasca berdirnya PT. Indorayon kala itu, pada tahun 1992 hutan-hutan tersebut dibabat habis oleh Perusahaan tersebut dan dijadikan menjadi perkebunan ekauliptus. Namun akibat Pemerintahaan saat itu otoriter membuat masyarakat tidak berani untuk melakukan perlawanan karena aktivitas perusahaan selalu dikawal oleh Militer bersenjata lengkap.
Hubungan masyarakat adat Sihaporas dengan Hutan amatlah dekat hal ini termanifestaiskan dalam bentuk ritual-ritual adat yang masih terus dipertahankan oleh masyarakat adat Sihaporas sampai saat ini. Sebelum melaksanakan Penanaman Tumbuhan tersebut, masyarakat adat Sihaporas terlebih dahulu melakukan ritual adat Manjulok. Manjulok merupakan ritual adat yang dilaksanakan sebelum memulai proses pembukaan ladang atau ingin menanam di ladang. ritual ini merupakan bentuk doa-doa yang dipanjatkan kepada Ompu Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) agar tanaman tumbuh dengan baik serta dijauhkan dari segala hama penyakit.
Dalam ritual ini dipersiapakan Pisang Simiak, Tobu Mera,Silinjuyang,Sisangkil,Purba Tua, Sange Sangge, Bangun Bangun,Rudang Merah dan Rudang Nahunik. Tumbuhan tersebut merupakan syarat mutlak yang harus ditanam terlebih dahulu sebelum membuka lahan perladangan.
aksi menduduki lahan tersebut bukanlah yang pertama kalinya dilakukan oleh masyarakat adat Sihaporas namun sejak tahun 1998 masyarakat adat Sihaporas sudah berjuang untuk mendapatkan kembali tanah adatnya. dari tahun 1998-2008 masyarakat adat Sihaporas sudah memananen hasil dari perjuangan mereka tersebut. namun akibat kriminalisasi pada 2 orang warga Sihaporas yang ditangkap yaitu Ompu Moris Ambarita dan Parulian Ambarita di tahun 2005, banyak dari masyarakat adat Sihaporas semangat juanganya berangsur-angsur mengendur membuat saat itu PT. TPL leluasa kembali membuka perkebunan ekauliptus mereka di daerah tersebut. Lahan-Lahan yang sempat ditanami dengan tumbuhan kopi, Cabe,Jahe dan Cengekeh habis diratakan oleh PT. TPL kala itu. Hutan-hutan yang berada di sekitar wilayah tersebut pun tidak lupu dari penghacuran demi mengakomodir kepentingan perusahaaan untuk keperluaan ekauliptus mereka dan perlahan-lahan sumber mata air dan sungai perlahan-lahan semakin rusak dan tercemar akibat aktivitas perusahaan. Kebutuhan masyarakat adat Sihaporas dalam melaksanakan ritual pun saat ini semakin sulit sebab bagi masyarakat adat Sihaporas nyaris seluruh kebutuhan ritual adat bersumber dari hutan-hutan yanga adat di Sihaporas.
Belum lagi dalam beberapa bulan terakhir pencemaran yang dilakukan para pekerjaa perusahaan dengan mengotori sumber air bersih masyarakat adat Sihaporas dan pembuangan limbah beracun ke sungai membuat kondisi semakin parah. selain ketakukatan untuk mengkomsusmi air minum dan banyak jenis Ikhan Batak serta biota yang ada disungai mati akibat pencemaran tersebut.
namun saat ini aksi yang dilakukan oleh masyarakat adat Sihaporas ini merupakan awal dari semangat baru perjuangan masyarakat adat Sihaporas akan kerinduan untuk mengembalikan wilayah adat yang sudah diwariskan para leluhur untuk kembali kepada mereka. beranjak dari kegelisiahaan masyarakat adat Sihaporas terhadap alam mereka yang sudah mulai terancam hancur lebur dan demi mewariskan wilayah adat dan alam yang lestari untuk kehidupan masa yang akan datang.
****